Tahun 2020 Banjir Karya Musik, Lagu Apa yang Terbaik?

Tahun 2020 Banjir Karya Musik, Lagu Apa yang Terbaik?

Di tahun yang berat ini, musik apa yang kamu rekam dalam kepala dengan baik?

Kalau saya akan memulainya dengan album Selamat Ulang Tahun milik Nadin Amizah. Album ini dirilis pada 28 Mei 2020, sewaktu hidup kita semua sedang gelap-gelapnya. Dari depan sampai belakang, album ini begitu nikmat. Yang dikandung olehnya adalah ketokceran yang bisa diterima oleh orang banyak; Musik pop yang berpondasi vokal plus cerita yang kompleks tapi juga reflektif. Tidak sulit untuk bisa merasakan nada demi nada yang dinyanyikan Nadin Amizah.

Statistik pemutaran digital dan level kepopulerannya menjulang. Rasanya fakta tersebut bisa jadi kesepakatan umum untuk bisa menyematkan status kesuksesan pada karya itu. Mungkin hanya Pamungkas yang bisa ada di level sejenis sepanjang tahun ini, kalau parameternya adalah karya.

2020 adalah tahun yang sulit untuk musik. Sebagian besar ekosistem musik populer runtuh karena aktivitas fisik harus berhenti. Mencari bentuk baru adalah perjalanan yang masih belum ketahuan titik terangnya. Terus bergerak harus disyukuri, tapi juga perlu disertai berbagai macam inovasi yang sepatutnya sudah mengambil sustainability sebagai salah satu faktor yang perlu dikejar.

Yang menyelamatkan adalah banjir karya yang terus menghampiri pendengar. Cara pandang kita secara kolektif terhadap teknologi mungkin jadi berbeda. Sudah tidak terhitung rasanya musisi yang mencipta karya baru dengan bahan bakar pandemi. “Ah, daripada nggak bisa main, berkarya aja, masuk studio. Jadi punya kesempatan untuk bikin yang baru,” bunyi rata-rata penjelasan mereka yang merilis sesuatu di masa pandemi.

Banjir karya itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan alternatif hiburan yang tidak pernah habis kebaruannya, di satu sisi juga membuat persaingan untuk didengar makin kencang. Semuanya kemudian dikembalikan pada pendengar; mau main aman dengan memenuhi selera dengan yang itu-itu saja atau malah mencari hal-hal baru untuk menghadirkan variasi pengalaman mendengarkan musik.

Akses pada musik, benar-benar berpihak pada pendengar. Saya masuk orang di golongan kedua, satu bagian super kecil dari mereka yang mencari hal-hal baru. Sepanjang 2020 ini, pencarian seolah tidak pernah berhenti.

Bolehlah ambil contoh untuk menggambarkan betapa dinamisnya tahun ini.

Selain debut album penuh Nadin Amizah yang saya gemari habis-habisan, ada Hondo dengan the Hike to Kamadela, II dari Fstvlst (yang akhirnya dirilis album lengkapnya!!) dan Irama Pantai Selatan lewat album Dendang Samuderanya. Tiga album itu mungkin yang terbaik, lalu ada juga single-single lepas macam Another Daynya The SIGIT, You’re Not My Saviournya Denisa, Mars Penganggurannya Syarikat Idola Remaja atau pertemuan manis dengan Dere, yang punya debut bagus berjudul Kota.

Oh, ketinggalan. Di bagian akhir 2020 ini, Mondo Gascaro kembali dengan sebuah single baru berkolaborasi dengan JOOX, berduet dengan Agatha Priscilla. Perpaduannya bikin kaget. Mondo Gascaro yang makin tenggelam dalam musik Indonesia klasik dan Agatha Priscilla yang tidak pernah saya sangka akan main ke wilayah musik yang seperti ini, ternyata menghasilkan kolaborasi yang tidak main-main. Lagu single bertajuk “Cipta di Batas Rasa” itu terasa pas sekali mewakili keadaan di tahun 2020, karena memang Mondo Gascaro menulis lagu ini sebagai tributenya pada sesama musisi yang terus menerus berkarya sepanjang masa-masa sulit tidak berkesudahan di 2020 ini.

Intinya, tidak ada keseragaman di materi-materi yang stand out tahun ini. Dan itu begitu menyenangkan. Memang, tidak juga lantas ada kebaruan yang dahsyat layaknya kita semua mendengarkan Hindia dan album Menari dengan Bayangan tahun lalu. Tapi dengan kondisi ini, ketika volume karya makin banyak, makin serulah pertemuan-pertemuan dengan nama-nama baru.

Nah, sekarang, saya kembali lagi ke pertanyaan di depan tadi; Musik apa yang kamu rekam dalam kepala dengan baik?

Selamat membuat daftar karya terbaik milikmu. Jangan khawatir, dunia sudah demokratis, kamu bisa bilang mana yang terbaik menurutmu. Sebarluaskan, bagikan, pertentangkan, obrolkan, adu, pertahankan dan lain sebagainya.

Sebagai pendengar, kita punya hak yang sangat bebas untuk merekam apapun dan menjadikannya memori yang akan kita kenang bertahun-tahun ke depan.

Jangan lupa juga berterima kasih pada mereka yang masih berani berkarya. Sebagai pendengar, karya-karya ini kita dengarkan di 2020, di tahun yang sama sekali penuh kejutan dan tidak pernah bisa diantisipasi keberadaannya sebelumnya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan berterima kasih.

JOOX

Saya juga mengapresiasi JOOX yang memberi apresiasi tinggi untuk para musisi. Selain di video “Cipta di Batas Rasa” (yang masih bisa ditonton di bit.ly/videoJOOX2020) yang sudah saya bahas di atas, JOOX juga mengajak pendengar berterima kasih pada para musisi lewat gerakan #TerimaKasih2020 yang sederhana tapi mengena. Hanya melalui template Instagram, tapi menurut saya pesannya tersampaikan. Kalau kamu juga mau berterima kasih pada musisi favoritmu, cek Instagram highlightnya, ya.

Secara personal, saya selalu percaya bahwa berterima kasih adalah kontribusi kecil yang paling mungkin untuk bisa dilakukan banyak orang. Small token of appreciation. Biar yang bergerak juga punya dorongan untuk melihat masa depan dengan penuh energi.

Kembali ke daftar-daftaran, kalau saya sih, malas bikin begituan. Paling, akan menyimak sebanyak mungkin daftar yang dibuat orang untuk kemudian mendengarkan rekomendasi-rekomendasi mereka. Kembali ke obyektif jadi satu bagian super kecil dari mereka yang mencari hal-hal baru. Kemudian menikmatinya. Kayak di atas itu tadi, lebih penting kasih apresiasi untuk yang punya karya daripada pusing-pusing menambah daftar dan tetek bengeknya.

Sambil bilang sama diri sendiri, mengutip Syarikat Idola Remaja, “Di mana harapan, di situ kan ada jalan.” (*)